Selasa, 31 Mei 2011

Kisah Tentera Namrud berlawan dengan Tentera Nyamuk

Kebinasaan Namrud ini terjadi pada hari Rabu, ia dibinasakan Allah S.W.T dengan tentera nyamuk.

Firman Allah SWT yang bermaksud:

“Dan tidak ada yang mengetahui tentera Tuhanmu melainkan Dia sendiri.”

(Al-Muddatsir: 31)
Namrud mempunyai tentera sebanyak 700, 000 penunggang kuda dengan senjata yang lengkap. Namrud berkata kepada Nabi Ibrahim: “Hai Ibrahim, jika Tuhanmu mempunyai malaikat, maka kirimkanlah kepadaku untuk berperang denganku. Jika sanggup ambillah kerajaanku ini.”

Maka Nabi Ibrahim as. munajat kepada Allah S.W.T: “Ya Ilahi, sesungguhnya Namrud dengan tenteranya menunggu kedatangan tenteramu, maka kirimkanlah kepada meraka tentera daripada selemah-lemah makhlukmu iaitu nyamuk.”

Ketika Namrud dan tenteranya telah berkumpul di padang yang luas, maka Allah memerintahkan nyamuk keluar dari lautan. Lalu keluarlah tentera nyamuk hingga menutupi permukaan bumi dan langit. Kemudian nyamuk bertanya: “Ya Tuhan kami, apakah yang harus kami laksanakan?” Allah berfirman: “Aku telah menjadikan rezeki kamu semua pada hari ini berbentuk daging tentera Namruz.”

Kemudian Allah S.W.T memberikan kekuatan kepada nyamuk-nyamuk tersebut. Lalu nyamuk-nyamuk tersebut menyerang tentera Namrud, menghisap semua darah mereka, Allah memerintahkan kepada nyamuk agar menunda penyeksaan terhadap Namrud. Agar ia dapat melihat sendiri kehancuran tenteranya. Maka nyamuk-nyamuk itu pun membiarkan Namrud sehingga ia dapat pulang ke istana.

Nabi Ibrahim A.S merasa hairan dan takjub melihat peristiwa tersebut. Kemudian Allah berfirman kepadanya:

“Wahai Ibrahim, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, sekiranya engkau tidak meminta kepada-Ku supaya mengutus tentera nyamuk, tentu aku akan mengirimkan yang lebih halus daripada nyamuk, jika seribu di antaranya berkumpul menjadi satu tidak mencapai besarnya nyamuk, tentu akan aku musnahkan juga mereka dengannya.”
Ketika telah dekat seksaan untuk Namrud, lalu Allah memerintahkan seekor nyamuk untuk menjalankan tugas tersebut. Nyamuk itu berkeliling di sebatang pohon selama tiga hari. Setelah sampai tiga hari, maka ia masuk ke dalam kepala Namrud melalui lubang hidungnya. Kemudian ia memakan otak Namrud selama 40 hari.

Begitu besar sifat pengasih dan penyayang Allah S.W.T. Allah tidak menyeksa Namrud dengan segera, tetapi masih diberi masa ia bertaubat. Masa tiga hari yang diberikan terhadap nyamuk tersebut tidak digunakan oleh Namrud untuk menerima kebenaran Allah SWT. Maka jadilah Namrud tergolong ke dalam orang-orang yang dimurkai Allah SWT.

Mengenang akhlak Nabi Muhammad S.A.W

Setelah Nabi wafat, seketika itu pula Kota Madinah bising dengan tangisan umat Islam; antara percaya dan tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Sayyidina Omar dan dia meminta, "Ceritakan padaku akhlak Muhammad!" Sayyidina Omar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Lalu ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal.
 

Setelah ditemui dan diajukan permintaan yang sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib. Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Omar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad? Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali.

Ali dengan linangan air mata berkata, "Ceritakan padaku keindahan dunia ini!" Badui ini menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini...." Ali menjawab, "Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahawa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung!"

(Surah Al-Qalam: Ayat 4)

Badui ini lalu menemui Siti Aisyah R.A. Isteri Nabi yang sering disapa "Khumairah" oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu Al-Qur'an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur'an). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahawa Nabi itu bagaikan Al-Qur'an berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Al-Qur'an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak Surah Al-Mu'minun: Ayat 1-11.

Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, kerana mereka terkenang akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini. Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi, Aisyah hanya menjawab, "Ah, semua perilakunya indah." Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. "Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, 'Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.'

Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, kerana dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah. Nabi Muhammad jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, "Mengapa engkau tidur di sini?" Nabi Muhammmad menjawab, "Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. Itulah sebabnya aku tidur di depan pintu." Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi mengingatkan, "Berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, kerana sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya."

Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka. Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat datang ke Majlis Nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mahu memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi. Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita.

Begitulah akhlak Nabi, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia. Nabi Muhammad juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadith, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul selalu memujinya. Abu Bakarah yang menemani Rasul ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul sakit. Tentang Umar, Rasul pernah berkata, "Syaitan saja takut dengan Omar, bila Omar lewat jalan yang satu, maka Syaitan lewat jalan yang lain." Dalam riwayat lain disebutkan, "Nabi bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta'wil) mimpimu itu?" Rasul menjawab ilmu pengetahuan. "Tentang Utsman, Rasul sangat menghargai Ustman kerana itu Utsman menikahi dua putri nabi, hingga Utsman dijuluki dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya). Mengenai Ali, Rasul bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali." Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya." Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik."

Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yang punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan. Ah... ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela. Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi. Saya pernah mendengar ada seorang ulama yang mengatakan bahawa Allah pun sangat menghormati Nabi Muhammad. Buktinya, dalam Al-Qur'an Allah memanggil para Nabi dengan sebutan nama: Musa, Ayyub, Zakaria, dll. tetapi ketika memanggil Nabi Muhammad, Allah menyapanya dengan: "Wahai Nabi."

Ternyata Allah saja sangat menghormati beliau. Para sahabatpun ditegur oleh Allah ketika mereka berlaku tak sopan pada Nabi. Alkisah, rombongan Bani Tamim menghadap rasul. Mereka ingin Rasul menunjuk pemimpin buat mereka. Sebelum Nabi memutuskan siapa, Abu Bakar berkata: "Angkat Al-Qa'qa bin Ma'bad sebagai pemimpin." Kata Omar, "Tidak, angkatlah Al-Aqra' bin Habis." Abu Bakar berkata ke Umar, "Kamu hanya ingin membantah aku saja," Omar menjawab, "Aku tidak bermaksud membantahmu." Keduanya berbantahan sehingga suara mereka terdengar makin keras. Waktu itu turunlah ayat: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. Janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya."

(Surah Al-Hujurat: Ayat 1-2)

Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata, "Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia." Omar juga berbicara kepada Nabi dengan suara yang lembut. Bahkan konon kabarnya setelah peristiwa itu Omar banyak sekali bersedekah, kerana takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat Nabi takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi. Dalam satu kesempatan lain, ketika di Mekkah, Nabi didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi'ah. Ia berkata pada Nabi, "Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan ubat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami"

Nabi mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi bertanya, "Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?" "Sudah." kata Utbah. Nabi membalas ucapan utbah dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi bersujud. Sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaannya. Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu. Kita tidak hairan bagaimana Nabi dengan sabar mendegarkan pendapat dan usul Utbah, tokoh musyrik. Kita mengenal akhlak Nabi dalam menghormati pendapat orang lain.

Inilah akhlak Nabi dalam majlis ilmu. Yang menakjubkan adalah perilaku kita sekarang. Bahkan oleh si Utbbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau mendengarkan Nabi dan menyuruh kaumnya membiarkan Nabi berbicara. Jangankan mendengarkan pendapat orang kafir, kita bahkan tidak mau mendengarkan pendapat saudara kita sesama muslim. Dalam pengajian, suara pembicara kadang-kadang tertutup suara obrolan kita.

Masya Allah! Ketika Nabi tiba di Madinah dalam episode hijrah, ada utusan kafir Mekah yang meminta janji Nabi, bahawa Nabi akan mengembalikan siapapun yang pergi ke Madinah setelah perginya Nabi. Selang beberapa waktu kemudian. Seorang sahabat rupanya tertinggal di belakang Nabi. Sahabat ini meninggalkan isterinya, anaknya dan hartanya. Dengan terengah-engah menembus padang pasir, akhirnya ia sampai di Madinah. Dengan perasaan haru ia segera menemui Nabi dan melaporkan kedatangannya. Apa jawab Nabi? "Kembalilah engkau ke Mekkah. Sungguh aku telah terikat perjanjian. Semoga Allah melindungimu."

Sahabat ini menangis keras. Bagi Nabi janji adalah suatu yang sangat agung. Meskipun Nabi merasakan bagaimana besarnya pengorbanan sahabat ini untuk berhijrah, bagi Nabi janji adalah janji; bahkan meskipun janji itu diucapkan kepada orang kafir. Bagaimana kita memandang harga suatu janji, merupakan salah satu bentuk jawaban bagaimana perilaku Nabi telah menyerap di sanubari kita atau tidak. Dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi berkata pada para sahabat, "Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntut balas kerana perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!" Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata, "Dahulu ketika engkau memeriksa barisa di saat ingin pergi perang, kau meluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash hari ini."

Para sahabat lain terpana, tidak menyangka ada yang berani berkata seperti itu. Kabarnya Omar langsung berdiri dan siap 'membereskan' orang itu. Nabi melarangnya. Nabi pun menyuruh Bilal mengambil tongkat ke rumah Nabi. Siti Aisyah yang berada di rumah Nabi keheranan ketika Nabi meminta tongkat. Setelah Bilal menjelaskan peristiwa yang terjadi, Aisyah pun semakin heran, mengapa ada sahabat yang berani berbuat senekad itu setelah semua yang Rasul berikan pada mereka. Rasul memberikan tongkat tersebut pada sahabat itu seraya menyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi. Nabi berkata, "Lakukanlah!"

Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi dan memeluk Nabi seraya menangis, "Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu! Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah." Seketika itu juga terdengar ucapan, "Allahu Akbar!" berkali-kali.

Sahabat tersebut tahu, bahawa permintaan Nabi itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi tidak merasa bahawa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi sebelum Allah memanggil Nabi. Suatu pelajaran lagi buat kita. Menyakiti orang lain baik hati maupun badannya merupakan perbuatan yang amat tercela. Allah tidak akan memaafkan sebelum yang kita sakiti memaafkan kita. Rasul pun sangat hati-hati kerana khawatir ada orang yang beliau sakiti. Khawatirkah kita bila ada orang yang kita sakiti menuntut balas nanti di padang Mahsyar di depan Hakim Yang Maha Agung ditengah miliaran umat manusia.

Jangan-jangan kita menjadi orang yang muflis. Na'udzu billah..... Nabi Muhammad ketika saat haji Wada', di padang Arafah yang terik, dalam keadaan sakit, masih menyempatkan diri berpidato. Di akhir pidatonya itu Nabi dengan dibalut sorban dan tubuh yang menggigil berkata, "Nanti di hari pembalasan, kalian akan ditanya oleh Allah apa yang telah aku, sebagai Nabi, perbuat pada kalian. Jika kalian ditanya nanti, apa jawapan kalian?" Para sahabat terdiam dan mulai banyak yang meneteskan air mata. Nabi melanjutkan, "Bukankah telah kujalani hari-hari bersama kalian dengan lapar, bukankah telah kutaruh beberapa batu diperutku kerana menahan lapar bersama kalian, bukankah aku telah bersabar menghadapi kejahilan kalian, bukankah telahku sampaikan pada kalian wahyu dari Allah.....?!" Untuk semua pertanyaan itu, para sahabat menjawab, "Benar, ya Rasulullah!" Rasul pun mendongakkan kepalanya ke atas, dan berkata, "Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah!" Nabi meminta kesaksian Allah bahawa Nabi telah menjalankan tugasnya. Di pengajian ini saya pun meminta Allah menyaksikan bahawa kita mencintai Rasulullah.

"Ya Allah saksikanlah betapa kami mencintai Rasul-Mu, betapa kami sangat ingin bertemu dengan kekasih-Mu, betapa kami sangat ingin meniru semua perilakunya yang indah; semua budi pekertinya yang agung, betapa kami sangat ingin dibangkitkan nanti di padang Mahsyar bersama Nabiyullah Muhammad, betapa kami sangat ingin ditempatkan di dalam syurga yang sama dengan syuganya Nabi kami. Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah... Ya Allah saksikanlah..."

Cinta kepada Rasulullah

Seorang hamba sahaya bernama Tsauban amat menyayangi dan merindui Nabi Muhammad S.A.W. Sehari tidak berjumpa Nabi, dia rasakan seperti setahun. Kalau boleh dia hendak bersama Nabi setiap masa. Jika tidak bertemu Rasulullah, dia amat berasa sedih, murung dan seringkali menangis. Rasulullah juga demikian terhadap Tsauban. Baginda mengetahui betapa hebatnya kasihsayang Tsauban terhadap dirinya.

Suatu hari Tsauban berjumpa Rasulullah S.A.W, katanya "Ya Rasulullah, saya sebenarnya tidak sakit, tapi saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walaupun sekejap. Jika dapat bertemu, barulah hatiku tenang dan bergembira sekali. Apabila memikirkan akhirat, hati saya bertambah cemas, takut-takut tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi, manakala saya belum tentu kemungkinan di syurga paling bawah atau paling membimbangkan tidak dimasukkan ke dalam syurga langsung. Ketika itu saya tentu tidak bersua muka denganmu lagi."

Mendengar kata Tsauban, baginda amat terharu. Namun baginda tidak dapat berbuat apa-apa kerana itu urusan Allah. Setelah peristiwa itu, turunlah wahyu kepada Rasulullah S.A.W, bermaksud: "Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu nanti akan bersama mereka yang diberi nikmat oleh Allah iaitu para nabi, syuhada, orang- orang soleh dan mereka yang sebaik-baik teman." Mendengarkan jaminan Allah ini, Tsauban menjadi gembira semula.

Tauladan dari kisah ini:

Cinta kepada Rasulullah adalah cinta sejati yang berlandaskan keimanan yang tulen Mencintai Rasul bermakna mencintai Allah. Kita bersama siapa yang kita sayangi. Jika di dunia sayangkan nabi, InsyAllah kita bersama nabi di akhirat nanti. Hati yang dalam kecintaan terhadap seseorang akan merasa rindu yang teramat sangat jika tidak bertemu. Pasangan sahabat yang berjumpa dan berpisah kerana Allah semata-mata akan mendapat naungan Arasy di hari akhirat kelak Rasulullah amat mengetahui mana-mana umatnya yang mencintai baginda,meskipun baginda sudah wafat. Rasulullah memberi syafaat kepada sesiapa di antara umatnya yang mengasihi baginda. Sebaik-baik sahabat ialah mereka yang berkawan di atas landasan keagamaan dan semata-mata kerana Allah.

Jangan putus asa berdoa!

Pesan Rasulullah: "Jangan putus asa berdoa."

DaripadaAbu Hurairah bahawa
Rasulullah S.A.W bersabda bermaksud:

”Allah sentiasa memperkenankan doa seseorang hamba selama doa itu tidak mengandungi (perkara) dosa, (perkara yang seperti)

memutuskan silaturahim dan selama tidak meminta supaya cepat-cepat diperkenankan.”


Lalu baginda ditanya oleh seseorang: “Apa maksudnya meminta dicepatkan?”

Jawab Baginda: “Umpamanya seseorang itu berkata dalam doanya:

”Aku berdoa, aku berdoa tetapi aku belum melihat doaku diperkenankan. Lalu aku putus asa dan berhenti berdoa.”

Rabu, 11 Mei 2011

Kelebihan Bulan Syaaban

Diriwayatkan dari Abi Umamah al-Bahili dia berkata bahawa Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Apabila datang bulan Syaaban, maka bersihkanlah dirimu dan perbaikilah niatmu di dalamnya."

Usamah R.A berkata, "Ya Rasulullah S.A.W, aku tidak pernah melihatmu berpuasa satu bulan dari bulan-bulan ini seperti puasa dalam bulan Syaaban."
Sabda Rasulullah S.A.W, "Wahai Usamah, itu adalah suatu bulan yang kebiasaannya manusia lengah darinya, iaitu antara Rejab dan Ramadhan. Syaaban adalah satu bulan yang di dalamnya diangkat ama-amal ini kepada Tuhan seru sekalian alam, maka sebab itu aku suka amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa."


Dikatakan bahawa sesungguhnya Malaikat-Malaikat di langit memiliki dua malam hari raya, sebagaimana orang-orang Islam di bumi memiliki dua hari raya. Hari raya bagi para Malaikat ialah pada malam Bara'ah yakni malam Nisfu Syaaban dan malam Lailatul Qadar, dan raya bagi orang-orang Islam di bumi ialah pada hari raya Aidil Fitri dan Aidil Adha.

As-Subki dalam tafsirannya menyakatan, "Sesungguhnya malam Nisfu Syaaban itu menutup dosa-dosa setahun, malam Jumaat menutup dosa seminggu dan malam Lailatul Qadar menutup dosa seumur hidup."

Apa akan jadi kalau Allah tidur

Dikisahkan dalam sebuah kitab kaum Nabi Musa A.S bertanya, "Adakah Tuhanmu itu tidur?"

Dalam Taurat sendiri terdapat ayat yang menerangkan, "Dia (Allah) tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur."
Nabi Musa A.S memberitahu kaumnya seperti yang terdapat dalam Taurat. Kemudian kaumnya bertanya, "Bagaimana boleh Dia tidak tidur?"
Kemudian Allah S.W.T menyuruh Nabi Musa A.S mengambil dua botol dan menyuruhnya mengisi kedua botol itu dengan air dan disuruh Nabi Musa A.S memegang botol itu, kemudian Allah menidurkan Nabi Musa A.S. Apabila Nabi Musa A.S telah tidur maka tanpa ia sedar jatuhlah keuda botol itu pecah.



Kemudian Allah berfirman kepada Nabi Musa A.S, "Wahai Musa, katakanlah kepada umatmu, sekiranya Allah Taala itu tidur, maka akan binasalah alam ini."

Wahai saudara-saudaraku, kita tidak akan dapat terlepas dari pandang Allah. Walau apa pun yang kita lakukan, maka Allah sentiasa melihat kita. Oleh itu, apabila kita telah melakukan suatu dosa, cepat-cepatlah kita beristighfar memohon ampun kepada Allah.

Dalam kitab Rabi'ul Abrar, disebutkan bahawa Rasulullah S.A.W bersabda, "Apabila manusia bertaubat kepada Allah dan Allah menerima taubatnya, maka Allah akan membuat para Malaikat pencatat lupa terhadap perbuatan orang itu."

Sabda Rasulullah S.A.W, "Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah hari itu (hari pembalasan). Janganlah kamu melupakannya dan bertaubatlah kepada Allah serta berdoalah dengan khusyuk kepada-Nya, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang."

Khamis, 5 Mei 2011

Pahala Bismillah

Pada suatu ketika di Madinah, Rasulullah S.A.W keluar mengiringi jenazah. Baginda dapati beberapa orang wanita dalam majlis itu. Baginda lalu bertanya, "Adakah kamu menyembahyangkan mayat?" Jawab mereka,"Tidak."

Sabda Baginda: "Seeloknya kamu sekelian tidak perlu ziarah dan tidak ada pahala bagi kamu. Tetapi tinggallah di rumah dan berkhidmatlah kepada suami nescaya pahalanya sama dengan ibadat-ibadat orang lelaki."

Wanita yang memerah susu binatang dengan 'Bismillah' akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.

Wanita yang menguli tepung gandum dengan 'Bismillah', Allah akan berkatkan rezekinya.

Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di Baitullah.

"Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang mengeluarkan peluh ketika membuat roti, Allah akan membinakan 7 parit di antara dirinya dengan api neraka, jarak di antara parit itu ialah sejauh langit dan bumi."

"Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang, Allah akan mencatatkan untuknya perbuatan baik sebanyak utus benang yang dibuat dan memadamkan seratus perbuatan jahat."
"Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang menganyam akan benang dibuatnya, Allah telah menentukan satu tempat khas untuknya di atas tahta di hari Akhirat."

"Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang dan kemudian dibuat pakaian untuk anak-anaknya, maka Allah akan mencatatkan baginya ganjaran sama seperti orang yang memberi makan kepada 1000 orang lapar dan memberi pakaian kepada 1000 orang yang tidak berpakaian."

"Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang meminyakkan rambut anaknya, menyikatnya, mencuci pakaian mereka dan mencuci akan diri anaknya itu, Allah akan mencatatkan untuknya pekerjaan baik sebanyak helai rambut mereka dan memadamkan sebanyak itu pula pekerjaan jahat dan menjadikan dirinya kelihatan berseri di mata orang-orang yang memerhatikannya."
Rasullulah S.A.W bersabda: "Ya Fatimah, barang mana wanita meminyakkan rambut dan janggut suaminya, memotong misai dan mengerat kukunya, Allah akan memberi minum akan dia dari sungai-sungai serta diringankan Allah baginya sakaratul maut dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman daripada taman-taman syurga dan dicatatkan Allah baginya kelepasan dari api neraka dan selamatlah ia melintas Titian Shirat."

Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.

Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumahtangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 Malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam Syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.

Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di Akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya iaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.

Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita isteri) yang solehah.

Salah satu tanda keberkatan wanita itu ialah cepat perkahwinannya, cepat pula kehamilannya dan ringan pula maharnya (mas kahwin).

Sebaik-baik wanita ialah wanita (isteri) yang apabila engkau memandang kepadanya ia menggirangkan engkau, jika engkau memerintah ditaatinya perintah engkau (taat) dan jika engkau berpergian dijaga harta engkau dan dirinya.

Dunia yang paling aku sukai ialah wanita solehah.

Rahsia Alam Malaikat: Episod 1 - Beriman Terhadap Malaikat

Iman atau percaya kepada Malaikat adalah termasuk salah satu rukun Iman sebagaimana yang disebutkan dalam hadith yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Sayyidina Omar bin Al-Khattab R.A yang bermaksud:

"Sewaktu kami duduk dekat Rasulullah S.A.W pada suatu hari, tiba-tiba datang seorang lelaki dengan pakaian yang sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak diketahui dari mana datangnya dan tidak seorangpun di antara kami yang mengenalinya. Orang itu lalu duduk di hadapan Nabi Muhammad S.A.W dengan merapatkan keuda lututnya pada lutut baginda dan meletakkan keuda tangannya di atas paha baginda.


Orang itu kemudian bertanya: "Hai Muhammad, sila ceritakan kepadaku tentang Iman!"

Maka Rasulullah S.A.W menjawab: "Hendaklah engkau percaya kepada Allah, percaya kepada Malaikat-Nya, percaya kepada kitab-kitab-Nya, percaya kepada para Rasul-Nya, percaya kepada Hari Kiamat dan percaya kepada takdir baik dan buruknya."


Itulah dalil mewajibkan kita percaya kepada para Malaikat. Bagaimanakah cara beriman kepada Malaikat itu? Beriman kepada Malaikat ialah, kita mesti betul-betul percaya dan yakin bahawa Malaikat itu betul-betul ada yakni wujud. Mereka adalah makhluk ghaib yang tidak ada sesiapapun yang mengetahui hakikatnya yang sebenar kecuali hanya Allah S.W.T sahaja.
 

Para Malaikat itu tidak makan, tidak, minum, tidak tidur dan tidak berjantina lelaki atau perempuan. Allah telah menciptakan mereka dari cahaya yakini nur, sebagaimana Allah telah menciptakan Jin dari nyala api.

Rasulullah S.A.W bersada yang bermaksud:

"Malaikat telah diciptakan dari cahaya, Jin dicipta dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepadamu."

(Dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Aisyah)

Dalil-dalil banyak disebutkan di dalam Kitab Suci Al-Qur'an Al-Karim, hadith-hadith yang sohih dan berita-berita tentang para Nabi yang mutawatir. Kesemuanya itu menguatkan bahawa kewujudan Malaikat itu telah thabit dengan dalil-dalil yang tidak boleh diragukan lagi. Oleh kerana itu maka barang siapa yang tidak percaya terhadap
adanya makhluk Allah S.W.T yang bernama Malaikat itu, ia telah mengingkari akan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Allah S.W.T berfirman yang bermaksud:

"Barang siapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka seseungguhnya ia telah sesat sejauh-jauhnya."

(Surah An-Nisa': Ayat 136)


Adapun dalil-dalil dari ayat Suci Al-Qur'an yang menerangkan tentang kewujudan Malaikat itu sangat banyak sekali, antaranya:

Allah S.W.T berfirman yang bermaksud:

"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadilkan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk menguruskan berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."


(Surah Fatir: Ayat 1)

Allah S.W.T berfirman yang bermaksud:

"Pada hari mereka melihat Malaikat, di hari itu tidak ada khabar gembira bagi orang yang berdosa dan mereka berkata: 'Hijran mahjuraa' (semoga Allah mengelakkan bahaya ini daripada saya)."


Allah S.W.T berfirman yang bermaksud:

"Barang siapa yang menjadi musuh Allah; malaikat-mlaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibrail dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang kafir."

(Surah Al-Baqarah: Ayat 98)


Allah S.W.T berfirman yang bermaksud:

"Dan (ingatlah) pada hari (waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada Malaikat: "Apakah mereka itu dahulunya menyembah kamu?"

Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau, Engkaulah pelindung kami, bukan mereka, bahkan mereka telah menyembah Jin, kebanyakan mereka telah beriman kepada Jin itu."


(Surah Saba': Ayat 40-41)

Allah S.W.T berfirman yang bermaksud:

"Al-Masih (Nabi Isa) sekali-kali tidak enggan menjadi hamba Allah, dan tidak (pula enggan) Malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah)."


(Surah An-Nisa: Ayat 172)

Dalil-dalil dari Hadith Rasulullah S.A.W juga sangat banyak. Di antaranya Hadith yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang berasal dari Sayyidina Omar bin Al-Khattab R.A yang menceritakan peristiwa Rasulullah S.A.W sewaktu ditanya oleh seseorang berkenaan dengan Iman.

Baginda menjawab:
"Hendaklah engkau percaya kepada Allah, percaya kepada Malaikat-Nya, percaya kepada kitab-kitab-Nya, percaya kepada para Rasul-Nya, percaya kepada Hari Kiamat dan percaya kepada takdir baik dan buruknya."
Selain Hadith di atas, masih terdapat puluhan bahkan ratusan Hadith lagi yang menunjukkan kewujudan Malaikat. InsyaAllah dalil-dalil itu akan disebutkan di dalam blog saya ini.

Adapun dalil-dalil yang muatawatir: Maka sesungguhnya khabar tentang para Nabi telah menyebutkan akan wujudnya Malaikat secara pasti yang dapat diketahui dengan mudah. Kerana masalah Malaikat ini mutawatir dengan mudah. Kerana masalah Malaikat ini mutawatir dalam kaitannya dengan para Nabi yang diketahui oleh semua orang, maka tidak semestinya ada golongan yang mempercayai akan dakwah pada Nabi memungkiri akan adanya Malaikat.

Bersambung dengan epsiod 2.

Selasa, 3 Mei 2011

Allahlah Yang Maha Kuasa memberi pengganti

Allah S.W.T tidak pernah mengambil sesuatu dari anda kecuali Dia menggantinya dengan yang lebih baik. Tetapi itupun apabila anda bersabar dan tetap redha dengan ketetapan-Nya.

“Sesiapa-Ku ambil dua. Kekasihnya (matanya) tetap bersabar maka Aku akan mengganti kedua-dua (mata)nya dengan Syurga”

Dengan kata lain sesiapa yang kehilangan anaknya namun dia tetap berusaha untuk bersabar maka di Akhirat nanti akan dibangunkan untuknya satu Baitul Hamdi (Rumah Pujian). Maka anda tidak perlu terlalu bersedih dengan musibah yang menimpa anda, sebab yang menentukan semua itu ialah Allah S.W.T yang mempunyai Syurga, balasan, pengganti dan ganjaran yang besar. Para wali Allah S.W.T yang pernah ditimpa musibah, ujian dan cubaan akan mendapat penghormatan yang mulia di Syurga Firdaus. Janji Allah S.W.T itu termaktub di dalam firman-Nya:

“Selamat sejahteralah kamu berpanjangan, disebabkan kesabaran kamu. Maka amatlah baiknya balasan amal kamu di dunia dahulu.”


(Surah Ar-Ra'ad: Ayat 24)

Bagaimanapun kita perlu selalu melihat dan yakin bahawa sebalik musibah akan mendapat ganti dan balasan dari Allah S.W.T yang biasanya berkesudahan dengan kebaikan kita. Engan itu kita termasuk golongan orang-orang yang disebut ayat berikut ini: “Mereka itulah orang-orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan dari Tuhan mereka serta rahmat-Nya; dan mereka itulah yang mendapat petunjuk hidayah-Nya.”

Ini merupakan ucapan tahniah bagi orang-orang yang mendapat musibah dan khabar gembira bagi orang-orang yang ditimpa bencana. Usia dunia ini sangat singkat dan gudang nikmatnya pun sangat kecil. Sedangkan Akhirat lebih baik dan kekal, hingga sesiapa di dunia mendapat musibah, ia akan mendapat kesenangan di Akhirat nanti; dan sesiapa yang hidup sengsara di dunia akan hidup bahagia di akhirat nanti.

Berbeza dengan mereka yang sememangnya lebih mencintai dunia, hanya mengharap nikmat dunia sahaja, dan lebih senang terhadap kesenangan dunia. Hati mereka sentisa susah; cemas tidak mendapat nikmat dunia dan takut tidak tenang hidupnya di dunia. Mereka ini hanya menghendaki nikmat dunia sahaja, sehingga mereka sentiasa memandang musibah sebagai malapetaka yang merugikan. Mereka juga akan memandang tiap-tiap cubaan sebagai sesuatu yang gelap gelita selama-lamanya. Ini adalah mereka selalu memandang kea rah bawah tapak kakinya dan hanya menggunakan dunia yang sangat fana dan tidak berharga ini.

Wahai orang-orang yang ditimpa musibah, sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang hilang dari kamu. Sebaliknya kamu beruntung sebab Allah S.W.T sentiasa menurunkan sesuatu kepada para hamba-Nya dengan ketetapan yang di celah-celahnya terdapat suatu kelembutan, kasih saying, pahala, balasan dan juga pilihan. Justeru itu, sesiapa sahaja yang ditimpa musibah hebat, ia mesti menghadapinya dengan sabar, pandangan yang jernih dan cara berfikir yang matang. Dengan cara begitu, ia akan menyaksikan ganjaran dari musibah itu adalah:

“Serta diadakan di antara mereka (yang beriman dan munafik itu) satu tembok yang mempunyai pintu, di sebelah dalamnya mengandungi rahmat (Syurga dan Nikmat), dan di sebelah luarnya, dari situ terdapat (neraka) dan azab seksa.”


(Surah Al-Hadid: Ayat 13)

Sesungguhnya apa yang di sisi Allah S.W.T itu lebih baik, lebih kekal, lebih utama dan lebih mulia.

Kisah-kisah dari alam Barzakh (Hasan Al-Basri dengan seorang budak perempuan)

Pada suatu hari, sedang Hasan Al-Basri duduk di depan rumahnya, lalulah sekumpulan manusia yang sedang mengusung mayat. Di belakang mayat itu ada seorang perempuan yang sedang terurai rambutnya. Dia sedang menangis tentang kematian ayahnya. Hasan Al-Basri pun turut sama mengiringi mayat tersebut.

Budak perempuan itu berkata: “Aduhai ayah, sepanjang umurku, hari inilah yang paling menyedihkan dalam hidupku.” Berkata Hasan Al-Basri kepada budak perempuan itu.

"Engkau tidak akan lagi menghadapi ayahmu sebagaimana engkau menghadapinya hari ini."
Setelah beliau selesai menyembahyangkan mayat itu, beliau terus pulang. Keesokkan harinya, setelah terbit matahari, sedang beliau duduk di muka pintu, sekali lagi beliau terserempak dengan budak perempuan itu. Dia sedang berjalan ke kawasan kubur sambil menangis.

“Baik aku ikut budak perempuan ini. Mungkin ia akan memperkatakan sesuatu yang member syafaat kepadaku.”  Kata Hasan Al-Basri dalam hatinya.

Beliau terus mengikutinya dari belakang. Beliau menyembunyikan diri di sebalik pohon yang berduri, melihatkan budak perempuan itu sampai ke kubur ayahnya. Sesampai budak itu ke kubur, terus dirangkul dan didakap kubur ayahnya. Mukanya diletakkan pada tanah sambil berkata:

“Wahai ayah, bagaimana engkau semalaman di dalam gelapnya kubur, tidak ada yang menerangi dan apa-apa yang boleh menghiburkan.”

“Wahai ayah, akulah yang menerangni lampu engkau kelmarin, siapakah yang menerangi lampu engkau malam tadi?”

“Wahai ayah, akulah yang memberikan alas tidur engkau kelmarin, maka siapakah yang memberikan alas tidur engkau malam tadi?”

“Wahai ayah, akulah yang menyelimuti kedua tangan dan kakimu malam kelmarin, maka siapakah yang menyelimutimu malam tadi?”

“Wahai ayah, akulah yang menyediakan minuman engkau kelmarin. Siapakah yang memberikan engkau minuman malam tadi?”

“Wahai ayah, akulah yang membalikkan engkau dari kanan ke kiri, siapakah yang membalikkan engkau malam tadi?”

“Wahai ayah, akulah yang menutup tubuhmu ketika engkau telanjang, siapakah yang menutupimu malam tadi?”

“Wahai ayah, akulah yang membayangkan wajahmu malam kelmarin. Siapakah yang membayangi wajahmu malam tadi?”

“Wahai ayah, ketika engkau ingin makan, akulah yang menyediakan, malam tadi siapa yang memberimu makan?”

“Wahai ayah, akulah yang memasakkan makanan engkau kelmarin, siapakah yang memasakkan ayah malam tadi?”
Setelah Hasan Al-Basri mendengar keluhan dari budak perempuan itu, diapun keluarlah dari tempat persembunyiannya. Sambil mendekati budak perempuan itu dia berkata: “Wahai perempuan, janganlah engkau berkata demikian tapi katakanlah:

“Kelmarin aku menghadapkan engkau ke kiblat, sekarang apakah engkau masih menghadap ke kiblat atau sedah berpaling?”

“Wahai ayah, aku mengkafani engkau dengan kafan yang baik, maka apakah kafan itu masih utuh atau sudah terkoyak?”

“Wahai ayah, aku meletakkan engkau ke dalam kubur, ketika itu dalam masih kuat jasadnya, apakah sekarang masih kuat atau sudah dimakan ulat?”

“Wahai ayah, para ulama mengatakan: Para hamba itu akan ditanya urusan iman, sebahagian hamba ada yang dapat menjawab dan ada yang tidak. Maka adakah engkau dapat menjawab atau tidak?”

“Wahai ayah, para ulama mengatakan: Kubur itu ada yang diperluaskan buat ahli kubur, ada yang disempitan. Maka apakah kubur ayah diperluaskan atau disempitkan?”

“Wahai ayah, para ulama mengatakan: Sebahagian kubur itu kafannya digantikan dengan kafan dari Syurga dan ada yang diganti dari neraka. Maka adakah kafanmu diganti dari Syurga atau neraka?”

“Wahai ayah, para ulama mengatakan: Kubur itu merupakan salah satu taman dari taman-taman-taman Syurga, atau salah satu lubang dari lubang-lubang neraka. Adakah kuburmu itu merupakan seperti taman syurga atau lubang neraka?”

“Wahai ayah, para ulama juga berkata: Semua orang yang berada di kubur pasti akan menyesal, bagi orang yang bertakwa, mereka menyesal kerana kurang mengerjakan amal kebajikan. Bagi ahli maksiat pula, mereka menyesal sama sekali kerana perbuatan jahat mereka. Maka apakah engkau menyesal kerana melakukan perkara buruk atau kurang melakukan amal kebaikan?”

“Wahai ayah, semalam aku memanggil-manggil engkau dan engkau terus jawab. Sudah lama sekali aku memanggil di atas kuburmu, tapi bagaimana aku tidak mendengar suaramu.”

“Wahai ayah, engkau sudah tidak dapat berjumpa denganku hingga datangnya Hari Kiamat. Ya Allah, janganlah engkau menghalangiku dari berjumpa dengan ayahku pada Hari Kiamat.”
Budak perempuan itu lalu berkata kepada Hasan Al-Basri: “Wahai Tuan Hasan, aku sangat berterima-kasih kepadamu kerana telah sudi menasihati rintihanku terhadap ayah. Terima kasih juga kerana engkau memberi nasihat dan mengingatkan dari tidur, dari orang yang lalai.” 

Budak perempuan itu kemudian pulang bersama Hasan Al-Basri sambil menangis.  

Rantai dan belenggi di neraka

Tidak ada yang suka dan mahu dirinya diseksa dan diazab. Hatta, manusia tidak mahu menanggung sakit akibat gigitan semut. Tetapi mengapa kita tidak merasa takut dan gerun terhadap siksa dan azab yang pedih di Akhirat? Sakit berganda-ganda daripada sakit di dunia.

Di dalam neraka disediakan rantai-rantai dan belenggu yang akan mengikat, membelit dan membelengu penghuni neraka. Rantainya bukanlah rantai yang kita pakai di dunia ini.

Firman Allah S.W.T yang bermaksud: “Seterusnya masuklah ia ke dalam rantai yang panjangnya 70 hasta.”

(Surah Al-Haqqah: Ayat 32)

Nauf Al-Bakali berkata: “Janganlah kalian mengira bahawa rantai yan disebutkan Allah itu sama panjangnya dengan rantai kalian. Akan tetapi setiap hasta panjangnya 70 meter. Setiap meter itu sama jaraknya antara Mekah an Kufah."

Muhammad bin Al-Munkadir berkata: “Andaikata seluruh besi di dunia ini dikumpulkan, sungguh tidak akan dapat menandingi satu lubang rantai yang disebutkan Allah itu.”

Allah S.W.T mengancam orang-orang yang derhaka dan yang mendustakan ayat-ayat Allah serta hidup mewah hingga lupa Allah dengan rantai yang berat dan api neraka. Betapa hina dan seksanya terbelenggu di dalam neraka. Tidak boleh bergerak, kepanasan dan terbeban oleh rantai yang amat berat.

Orang-orang yang ingkar derhaka selain dari dirantai dan dibelenggu, dia akan dipukul dengan cemeti yang diperbuat daripada besi neraka. Masihkah kita sanggup menderhaka kepada Allah, meniggalkan atau meringankan sembahyang? Tidak menunaikan puasa, dedah aurat, melakukan riba, riyak, sombong dan ego. Sanggupkah kita berhadapan dengan azab yang pedih di neraka?

Dipukul dengan cemeti besi oleh penjaga neraka yang bengis dan kasar. Betapa azabnya penderitaan di dalam api neraka yang panas dengan siksaan yang dasyat itu. Bila kita mengetahui tentang hal itu, kita sepatutnya berasa takut dan gerun dengan azab-Nya. Kalau kita selalu ingat tentang azab-Nya, kita akan selalu mengerjakan kebajiakan dan bertaubat kepada Allah. Jika kita tidak berasa gerund an takut, cubalah kita bayangkan betapa sakitnya orang yang dibakar oleh api? Betapa azab-Nya orang yang mati hangus di dalam kebakaran. Apatah lagi kebakaran neraka yang hebat kepanasannya dan siksaan di dalamnya. Menghayati itu semua sudah cukup untuk mendidik orang yang beriman. Semoga kita akan terhindar dari siksaan neraka… Amin!

Keadaan di neraka

Mereka yang engkar terhadap perintah Allah S.W.T akan diiringkan masuk ke neraka. Wajah mereka hitam dan mata menjadi biru. Mulut-mulut mereka terkunci. Apabila telah sampai ke pintu neraka, mereka disambut oleh para Malaikat Zabaniah A.S. Mereka dirantai dan dibelenggu pada mulutnya dan keluar dari dubur mereka.

Tangan kanan mereka diikatkan ke leher mereka. Tangan kirinya pula dimasukkan ke dalam dada mereka, lalu ditarik dari antara kedua punggung mereka.

Bagi orang kafir pula diikat bersama pasangannya dari Syaitan dalam satu rantai. Lalu disungkurkan wajahnya dan dipukuli oleh para Malaikat dengan besi. Setiap mereka yang hendak keluar dari neraka, mereka akan dimasukkan semula ke dalamnya.


Firman Allah S.W.T yang bermaksud: “Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya (neraka), mereka akan dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah seksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.”

(Baiqaiqul Akhbar)